MEREBEJA.COM – Dari hasil perhitungan yang dilakukan oleh Nonviolent Action Lab Harvard dan Counting Crowds Consortium, lebih dari satu juta orang Amerika Serikat (AS) telah berpartisipasi dalam hampir 2.600 protes, demonstrasi, dan unjuk rasa pro Israel dan pro Palestina sejak 7 Oktober 2023.
Data mereka menunjukkan bahwa sebagian besar aksi solidaritas terhadap Israel terkonsentrasi pada pekan pertama setelah serangan teror Hamas. Sedangkan, aksi solidaritas terhadap Gaza terus menyebar ke seluruh negeri dan telah menarik lebih banyak massa.
Terhitung sejak 7 Oktober 2023, Counting Crowds Consortium telah mencatat 442 unjuk rasa, demonstrasi, dan aksi pro Israel di 266 kota besar dan kecil 45 negara bagian dan di Washington DC.
Pada periode yang sama, kelompok ini mencatat 2.100 aksi pro Palestina di 497 kota besar dan kecil di 49 negara bagian, serta di Washington DC, Puerto Rico, dan Guam.
“Saat ini kami cukup yakin bahwa gelombang pro Palestina tahun ini adalah mobilisasi pro-Palestina yang terbesar dan terluas dalam sejarah AS,” ungkap manajer proyek penelitian Nonviolent Action Lab Jay Ulfeder.
Ulfeder menyatakan, sangat tidak biasa melihat mobilisasi besar dan panjang terfokus pada urusan luar negeri. Dia mengatakan, protes pro Palestina saat ini bahkan lebih besar daripada gelombang yang terjadi setelah invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022.
“Gelombang itu berkurang cukup cepat, setelah beberapa minggu, dan totalnya mencakup ratusan, bukan ribuan,” katanya.