MEREBEJA.COM– Pimpinan sekaligus pembina Yayasan Tahfiz Zawiyah Indonesia (Zawindo), K.H Hilmi As-Shidqi Al-Aroky berkunjung ke kediaman K. Djuwari di Desa Blimbing, Kecamatan Rejotangan, Kabupaten Tulungagung dalam rangka meresmikan Zawiyah Al-Firdaus yang baru saja membangun asrama untuk santri penghapal al-Quran, serta sedang dalam pembangun gedung Sekolah Menengah Pertama, yang akan diberi nama Zawiyah Al-Firdaus SMP Terpadu Bina Madani, Kamis (15/08/24).
Acara tersebut diberi sambutan oleh K. Khoirun Nasihin mewakili tuan rumah, K. Djuwari, karena kondisi kesehatannya sedang kurang baik.
Setelah itu, giliran K.H Hilmi memberikan sambutan dan pemaparan mengenai apa dan bagaimana visi-misi Zawiyah Indonesia (Zawindo).
Zawiyah Indonesia, seperti disampaikan K.H Hilmi adalah lembaga pesantren yang bergerak dan fokus di bidang tahfiz (menghapal) dan tafhim (memahami) al-Quran. Tujuannya adalah untuk mencetak generasi qurani, yang tidak hanya hapal, tapi juga memahami isi kandungan al-Quran
Selain itu, Pengurus RMI PBNU itu menjelaskan, bahwa Zawindo juga bertujuan untuk menampung para alumni Sekolah Tinggi Kulliyatul Quran (STKQ) Alhikam Depok, yang mana kampus tersebut didirikan oleh KH. Hasyim Muzadi. Sehingga warisan keilmuannya bisa dilanjutkan dan disebarkan.
K.H Hilmi menegaskan, bahwa yayasan yang ia dirikan merupakan kepanjangan tangan dari K.H Hasyim Muzadi yang mana telah memberikan pesan langsung kepadanya untuk terus menebarkan manfaat untuk umat.
“Yayasan Zawiyah punya visi-misi K.H Hasyim Muzadi, yang telah menyampaikan kepada saya: santri itu, bergelar atau tidak, sedikit banyak, harus ada manfaat untuk orang lain,” tegas pembina Zawindo tersebut.
Diksi Zawiyah seperti yang disampaikan oleh Kiai Hilmi, merupakan kata yang biasa digunakan oleh para hafiz, dan ahlu thoriqoh, yang mana memiliki arti ‘pojok’.
“Zawiyah bekerja sama dalam menyediakan SDM dan kurikulum. Itu pun kalau lembaga sebelumnya belum ada kurikulum,” papar Mursyid Thoriqoh Qodiriyah Arokiyah tersebut.
“Bagi lembaga yang sudah punya jenjang pendidikan dari SD-SMA, kami harapkan satu atau dua santri yang sudah hafiz 30 juz usia SMA untuk masuk STKQ Alhikam,” lanjutnya menawarkan.
Ia kemudian mengutip pesan K.H Hasyim Muzadi yang menyatakan bahwa Al-Quran dan sains tidak akan bertentangan, karena sejatinya bersumber dari sesuatu yang sama, yaitu Tuhan Pencipta, Allah Swt: Firman/al-Quran (ayat qauliyah) dan ayat kauniyah (fenomena alam, sosial dlsb).
“Dalam membangun pesantren mulai saja dulu. Selangkah demi selangkah, berjalan sambil cari jalan,” tutur Kiai Hilmi mengutip pesan dari K.H Hasyim Muzadi.
Ia juga menyampaikan tentang pentingnya Ikhtiar dan tawakkal. Namun menurutnya, hal itu dilakukan setelah melakukan perencanaan yang baik (planning). Bukan sekadar pasrah.
Selain itu, pembina Yayasan Tahfiz Zawiyah tersebut memberikan pesan dan nasehat khusus kepada muridnya yang ditugaskan dan diamanahi untuk mengajar di Zawiyah Al-Firdaus Tulungangung.
“Khusus Ust. Lutfi, Abah Hasyim membangun Alhikam Malang itu mulai dari mushollah. Menghidupkan mushollah selama 6 bulan. Khataman kalau bisa 40 khataman, dan usahakan ada yang puasa 40 hari,” pesan Kiai Hilmi kepada muridnya yang ditugaskan untuk mengajar dan mengembangkan Zawiyah Al-Firdaus Tulungangung.