INTERNASIONAL

Jika Menang Pilpres, Trump Berlakukan Lagi Hukuman Mati di AS

×

Jika Menang Pilpres, Trump Berlakukan Lagi Hukuman Mati di AS

Sebarkan artikel ini
Mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Foto: REUTERS

MEREBEJA.COM – Presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik Donald Trump, berencana memberlakukan lagi hukuman mati jika memenangkan Pemilihan Presiden (Pilpres) AS.

Mantan Presiden AS itu menyatakan akan kembali memberlakukan hukuman mati pada kejahatan tertentu berdasarkan hukum federal, begitu dirinya terpilih sebagai presiden.

“Tentu saja, iya. Saya akan mengeksekusi para gembong narkoba,” sebut Donald Trump dalam wawancara dengan surat kabar Daily Mail, seperti dilaporkan kantor berita Sputnik pada Minggu (1/9/2024).

Pernyataan itu disampaikan Trump ketika ditanya apakah dirinya akan memberlakukan kembali hukuman mati pada hari pertama menjabat sebagai presiden AS.

Trump juga mengatakan dirinya berencana melanjutkan kebijakan eksekusi terhadap kejahatan seksual terhadap anak, pembunuh polisi, dan pembunuh kejam lainnya. Hal ini akan dilakukannya jika terpilih sebagai presiden.

Secara khusus, Trump menilai bahaya terbesar bagi masyarakat AS ditimbulkan oleh pengedar narkoba, yang dapat membunuh ratusan orang yang kecanduan narkoba. Karena itu, menurut Trump, pengedar narkoba layak dieksekusi.

Pada Juli 2021 lalu, Jaksa Agung Merrick Garland melarang hukuman mati pada kejahatan berdasarkan hukum federal setelah Donald Trump saat menjabat presiden pada 2019 melanjutkan penjadwalan hukuman mati. Pada tahun terakhir masa jabatan Trump, pemerintah AS melaksanakan 13 eksekusi.

Melihat Hasil Survei Terbaru Pilpres AS

Calon presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Demokrat, Kamala Harris, berhasil mengungguli Donald Trump dari Partai Republik dengan perolehan suara 45% berbanding 41%. Angka tersebut terlihat dalam jajak pendapat Reuters/Ipsos yang dipublikasikan pada Kamis (29/8/2024).

Dalam jajak pendapat teranyar tersebut, yang datanya diambil dari 21-28 Agustus dan memiliki margin kesalahan 2 poin persentase, menunjukkan bahwa Harris memperoleh dukungan dari kalangan perempuan dan Hispanik.

Harris berhasil mengungguli Trump dengan perolehan suara 49% berbanding 36% atau 13 poin persentase baik di kalangan pemilih perempuan maupun pemilih Hispanik. Dalam empat jajak pendapat Reuters/Ipsos yang dilakukan pada Juli, Harris unggul 9 poin di kalangan perempuan dan 6 poin di kalangan Hispanik.

Sementara itu, Trump unggul di antara pemilih kulit putih dan pria, meskipun keunggulannya di antara pemilih tanpa gelar sarjana menyempit menjadi 7 poin dalam survei terbaru, turun dari 14 poin pada Juli.

“Kami melihat dalam jajak pendapat ini bahwa orang-orang lebih termotivasi tentang masa depan daripada masa lalu,” ujar Aimee Allison, pendiri She the People, sebuah kelompok liberal yang bertujuan untuk meningkatkan jumlah perempuan kulit berwarna dalam jabatan terpilih, seperti dikutip Reuters.