MEREBEJA.COM – CEO Pertamina International Shipping (PIS) Yoki Firnandi menyatakan, pihaknya sedang menyiapkan armada dan terminal yang diperlukan dalam bisnis CCS/CCUS.
“Suka atau tidak, kita harus bergerak cepat untuk mengantisipasi kebutuhan akan CCS di masa depan. Pada saat bersamaan, kami harus berinvestasi untuk menghadapi kebutuhan energi saat ini dan masa depan. Contohnya adalah melalui kerja sama kami dengan NYK dalam mengembangkan transportasi CCS di Indonesia,” kata Yoki dalam keterangan tertulis, Jumat (27/9/2024).
Salah satu yang tengah PIS siapkan melalui kerja samanya dengan NYK yaitu investasi kapal pengangkut LCO2 (liquid carbon dioxide) dan receiving terminal. Keduanya merupakan infrastruktur utama yang dibutuhkan dalam mengembangkan bisnis CCS/CCUS.
Baca Juga: Qualcomm Incar Intel, Bakal Akuisisi?
Yoki menuturkan, implementasi transformasi hijau secara cepat sudah dilakukan Pertamina International Shipping. Semisal peremajaan armada dengan kapal yang lebih ramah lingkungan dan menggunakan bahan bakar alternatif seperti dual-fuel dan biodiesel.
Tidak berhenti di situ saja, sejumlah inisiatif ke depan juga sudah dimulai. PIS berencana terus memodernisasi armada dengan fitur-fitur yang lebih hemat energi, memperluas penggunaan bahan bakar alternatif, serta melakukan investasi untuk siap menjadi bagian dari rangkaian bisnis CCS/CCUS.
“Berdasarkan diskusi kami dengan NYK mengenai CCS terutama mengenai transportasinya, memang tidak mudah dilakukan, jauh lebih kompleks. Namun apa yang kami lakukan dengan NYK akan menjawab semua tantangan yang ada,” tuturnya.
“Di saat yang sama, langkah ini akan memberikan kepastian bagi pemerintah, pelaku industri, dan emitter, bahwa kami siap menjadi bagian dari rantai nilai yang melayani kebutuhan pengapalan CCS terutama dalam pengiriman karbon lintas negara dan di kawasan,” sambungnya.
Sementara itu, Managing Director NYK Group Europe and Norway, Anders Lepsoe menilai, tempat penangkapan dan penyimpanan karbon di Indonesia memiliki potensi yang luar biasa.
“Apalagi bila melihat volume CO2 yang bisa ditangkap seiring berjalannya waktu guna memastikan transisi yang lancar, serta transisi hijau untuk masyarakat yang lebih baik,” ucap Anders.
Menurutnya, bisnis CCS punya potensi yang sangat besar. Kuncinya yakni memahami teknologi, memahami pengangkutan CO2 sebagai sebuah kargo, hingga memahami industri perkapalan, regulasi.
“Baik kami dan dan PIS telah memiliki keahlian di bidang ini. Sehingga CCS bisa menjadi kesempatan bagi kami untuk menjadi kontributor dalam transisi energi,” kata Anders.