RERUNTUK KEFANAAN
Waktu, panggung atau belenggu?
Lansekap itu berputar seperti lakon
Adegan-adegan kotor tengah berlangsung
Prilaku dosa begitu dijiwai aktor
Babak berapa kebaikan manggung?
Tak ada tanda-tanda
Lakon semakin menjengkelkan
Boleh aku tinggalkan pagelaran ini?
Walaupun tau nanti tergelar lagi
Biar sementara kulihat kekosongan
Sungguh alergi pada masa lalu
Karena aku kematian, hari ini
2023
KALA
Apa yang lebih fana?
Kita dipertemukan waktu
Dipisahkan jarak hati
Pula oleh waktu
Dipertemukan lagi
Oleh rindu
Dibawa waktu
Apakah cinta
Akan kembali menang?
Itu pun waktu yang tau
Kita hanya ingatan
Dirawat kefanaan
Waktu
2023
SUPATA
Pajaratan cintaku
Dibanjiri air matamu
Sementara hanjuang
Daunnya berguguran
Dan rintih suaramu
Mengungkung waktu
Katumbiri adalah arti
Kita sama-sama di sini
Tak terpisah jarak
Hanya lain dimensi
Supataku, suatu hari
Kita manunggal lagi
2023
RUWATAN BATIN
Biar kurawat sebaik-baiknya
Amarah dan rasa sakit
Yang kau wariskan
Di penghujung musim itu
Entah berapa likur sendiri
Kini amarah itu meredam
Kuendapkan lantunan doa
Pun rasa sakit itu kian bias
Kuubah jadi semoga
Sebab kurawat sebaik-baiknya
Apa yang tersisa
Jangan biarkan jadi derita
Tuhan inginkan aku merdeka
2023
Biografi Penulis
Cevi Whiesa Manunggaling Hurip lahir dan tinggal di Kota Tasikmalaya. Kesehariannya mengajar kesenian, menjadi Pemimpin Redaksi merebeja.com, dan bertugas di LPPL Dishubkominfo Kabupaten Tasikmalaya. Antologi puisinya berjudul Setia Ialah Farhatun (2020) dan Sabrina Nama Terpenggal (2022).