SASTRA

Puisi-puisi Cevi Whiesa Manunggaling Hurip

×

Puisi-puisi Cevi Whiesa Manunggaling Hurip

Sebarkan artikel ini

RERUNTUK KEFANAAN

 

Waktu, panggung atau belenggu?

Lansekap itu berputar seperti lakon

Adegan-adegan kotor tengah berlangsung

Prilaku dosa begitu dijiwai aktor

Babak berapa kebaikan manggung?

Tak ada tanda-tanda

 

Lakon semakin menjengkelkan

Boleh aku tinggalkan pagelaran ini?

Walaupun tau nanti tergelar lagi

Biar sementara kulihat kekosongan

Sungguh alergi pada masa lalu

Karena aku kematian, hari ini

 

2023

 

KALA

 

Apa yang lebih fana?

Kita dipertemukan waktu

Dipisahkan jarak hati

Pula oleh waktu

 

Dipertemukan lagi

Oleh rindu

Dibawa waktu

 

Apakah cinta

Akan kembali menang?

Itu pun waktu yang tau

 

Kita hanya ingatan

Dirawat kefanaan

Waktu

 

2023

 

SUPATA

 

Pajaratan cintaku

Dibanjiri air matamu

Sementara hanjuang

Daunnya berguguran

Dan rintih suaramu

Mengungkung waktu

 

Katumbiri adalah arti

Kita sama-sama di sini

Tak terpisah jarak

Hanya lain dimensi

 

Supataku, suatu hari

Kita manunggal lagi

 

2023

 

RUWATAN BATIN

 

Biar kurawat sebaik-baiknya

Amarah dan rasa sakit

Yang kau wariskan

Di penghujung musim itu

 

Entah berapa likur sendiri

Kini amarah itu meredam

Kuendapkan lantunan doa

Pun rasa sakit itu kian bias

Kuubah jadi semoga

 

Sebab kurawat sebaik-baiknya

Apa yang tersisa

Jangan biarkan jadi derita

Tuhan inginkan aku merdeka

 

2023

 

Biografi Penulis

Cevi Whiesa Manunggaling Hurip lahir dan tinggal di Kota Tasikmalaya. Kesehariannya mengajar kesenian, menjadi Pemimpin Redaksi merebeja.com, dan bertugas di LPPL Dishubkominfo Kabupaten Tasikmalaya. Antologi puisinya berjudul Setia Ialah Farhatun (2020) dan Sabrina Nama Terpenggal (2022).