Oleh Sandryaka Harmin
Setiap bulan Februari, tepatnya tanggal 14, orang-orang di berbagai belahan dunia merayakan Valentine’s Day dengan berbagai cara. Bunga, kartu ucapan, dan hadiah menjadi simbol kasih sayang yang diberikan kepada orang-orang tercinta. Namun, bagaimana sebenarnya asal-usul perayaan ini? Apa hubungannya dengan Santo Valentinus, yang diangkat sebagai santo oleh Paus Gelasius pada 14 Februari sekitar tahun 498 Masehi?
Legenda di Balik Valentine’s Day
Terdapat berbagai legenda yang mengisahkan kebaikan hati Valentinus, seorang imam dan uskup yang wafat sebagai martir. Salah satu kisah menyebutkan bahwa Valentinus adalah seorang imam yang hidup pada abad ketiga di Roma, di masa pemerintahan Kaisar Claudius II. Saat itu, Claudius beranggapan bahwa pria muda yang belum menikah akan menjadi prajurit yang lebih baik dibanding mereka yang telah berkeluarga. Oleh karena itu, ia melarang pernikahan bagi kaum muda agar mereka tetap fokus dalam medan perang.
Namun, Valentinus menolak kebijakan ini karena menganggapnya tidak adil. Dengan penuh keberanian, ia tetap menikahkan pasangan-pasangan muda secara diam-diam. Sayangnya, perbuatannya akhirnya diketahui oleh Claudius, yang kemudian memerintahkan penangkapannya. Valentinus pun dihukum mati. Keberanian dan pengorbanannya dalam melindungi cinta sejati membuatnya dihormati oleh umat Kristen, hingga akhirnya dijadikan sebagai santo pelindung bagi pasangan yang sedang dimabuk asmara.
Valentine’s Day di Masa Kini
Seperti halnya perayaan Natal, Valentine’s Day kini telah dikenal luas, bahkan dirayakan oleh berbagai kalangan, termasuk mereka yang bukan penganut agama Kristen. Di kota-kota besar, perayaan ini tidak hanya menjadi momen untuk mengungkapkan kasih sayang kepada pasangan, tetapi juga kepada keluarga, sahabat, dan orang-orang terkasih lainnya.
Meskipun kisah tentang Santo Valentinus bersifat legenda, esensi dari perayaannya tetap relevan hingga saat ini. Perayaan cinta kasih sejati, sejauh tidak berubah menjadi pesta pora yang berlebihan, tetap sejalan dengan nilai-nilai kebaikan. Alangkah indahnya jika kita merayakan Valentine’s Day tidak hanya dengan hadiah dan bunga, tetapi juga dengan sapaan tulus, ucapan selamat yang hangat, perhatian yang mendalam, serta rekonsiliasi bagi mereka yang membutuhkannya.
Cinta Kasih dalam Kehidupan Bersama
Di era modern ini, tanpa perlu menonjolkan perbedaan identitas keagamaan atau latar belakang, Valentine’s Day bisa menjadi momentum untuk kembali membangun kebersamaan. Kita bisa berbagi kasih dengan orang-orang di sekitar kita, memperkuat hubungan sosial yang harmonis, dan menghidupkan kembali nilai-nilai kemanusiaan yang sering terlupakan.
Di tengah situasi dunia yang dipenuhi konflik dan ketidakadilan, di antara kobaran kebencian yang terus menyala, kita semua memerlukan lebih banyak “bunga-bunga Valentine”—bukan hanya dalam bentuk fisik, tetapi juga dalam makna yang lebih dalam: sebagai simbol harapan, perdamaian, dan cinta kasih yang mampu meredam kebencian. Semoga semangat kasih sayang yang diwariskan dari kisah Santo Valentinus dapat menginspirasi kita untuk selalu menebarkan cinta dan kebaikan, tidak hanya pada satu hari dalam setahun, tetapi sepanjang hidup kita.