MEREBEJA.COM – Surabaya Waste Up Project (SWUP) 2023 menjadi puncak kegiatan Circularity Tour dan Demo Day. Kegiatan tersebut diinisiasi oleh Carbon Academy by Carbon Addons, yakni salah satu program ekonomi sirkular.
Surabaya Waste Up Project (SWUP) 2023 sendiri merupakan sebuah program inkubasi bisnis yang bertujuan membantu pengembangan ide usaha dan inovasi dalam bidang ekonomi sirkular di Surabaya. Selama perjalanannya, SWUP mendampingi para startup dan bisnis terpilih untuk berkembang bersama melalui rangkaian sepuluh workshop yang diisi oleh berbagai pemateri selama bulan Januari–Februari 2024.
Setelah rangkaian workshop usai, peserta masuk ke dalam refinement stage, dimana startup dan bisnis terpilih melakukan pendampingan bersama para mentor yang sudah berpengalaman di bidangnya. Terdapat Top 10 startup dan bisnis yang mengikuti SWUP yaitu Aither, AyoResik, Briqcoff, CLEANZ, RSthelabel, Daurulang.ID, myECO, Prosperify, Capunglam, dan Mosfis.
Kepala Bidang Pariwisata Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, dan Olahraga, serta Pariwisata (Disbudporapar) Kota Surabaya, Farah Andita Ramdhani mengatakan, Circularity tour merupakan kegiatan experiential learning ke pusat-pusat penerapan ekonomi sirkular di Kota Surabaya.
“Tujuan dari Circularity Tour sendiri adalah agar para peserta memahami permasalahan sampah di konteks lokal Surabaya dan menemukan solusi serta kolaborasi yang memungkinkan sebelum Demo Day berlangsung,” kata Farah.
Farah juga mengatakan, beberapa lokasi yang dikunjungi adalah Pusat Daur Ulang Jambangan, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya, dan Bank Sampah Induk Surabaya. Saat di Pusat Daur Ulang Jambangan, para peserta bertemu dengan pengelola pusat daur ulang, yaitu Hadi dan Warsito.
“Mereka menjelaskan tentang pengelolaan sampah anorganik dan organik di Surabaya. Pak Warsito menyampaikan bahwa pengelolaan sampah di Surabaya ini gratis, tidak memungut biaya dari warga, dan biasa dijadikan sarana pembelajaran untuk mahasiswa di Surabaya. Sampah-sampah anorganik yang ditampung dari warga di sekitar Jambangan dipilah di mesin conveyor oleh para operator. Sedangkan, sampah organik di Jambangan diolah dengan menggunakan maggot black soldier fly,” ujarnya.
Peserta bertolak ke kantor DLH Surabaya. Di sana, startup memiliki kesempatan untuk mengetahui permasalahan lingkungan di Surabaya, mereka melakukan FGD, dan mengenalkan bisnisnya ke pihak pemerintah untuk menawarkan solusi.
Setibanya di lokasi, mereka disambut oleh Sub Koordinator Sarana dan Prasarana DLH Kota Surabaya, Agustinus. Ia memberikan pemaparan mengenai situasi kondisi persampahan di Surabaya. Dimana Kota Surabaya merupakan pusat perdagangan dan jasa. Dengan demikian perlu dirumuskan bagaimana orang bisa bekerjasama apabila kota tidak bersih?
“Peserta menjadi tahu tentang potensi-potensi kerjasama bisnis tempat di mana mereka bisa berkontribusi untuk Kota Surabaya,” ucapnya.
Setelah dari kantor DLH, para peserta melanjutkan perjalanannya ke Bank Sampah Induk Surabaya. Di lokasi tersebut, peserta mendapatkan pemaparan oleh Nurul Chomsah mengenai latar belakang Yayasan Bina Lingkungan yang mengelola bank sampah itu. Serta, kegiatan apa saja yang ada di bank sampah. Seperti proses pemilahan, dan kondisi nasabah yang ada.
“Peserta juga berkesempatan untuk mendatangi gudang pemilahan sampah dan berdiskusi tentang proses operasional yang ada,” katanya.
Di penghujung hari, peserta berkumpul untuk merefleksikan inspirasi apa saja yang mereka dapatkan dari perjalanan seharian itu. Banyak yang mendapatkan ide baru tentang bagaimana menyelesaikan permasalahan untuk berkontribusi di ranah lingkungan Surabaya.
Keesokan harinya, pada Minggu (18/2/2024), Demo Day Surabaya Waste Up Project 2023 digelar di Koridor Co-Working Space Surabaya. Demo Day Pitching Session ini dihadiri oleh tiga juri dari berbagai macam latar belakang, di antaranya Felicia Limantoro dari Ozora Yatrapaktaja selaku perwakilan venture capital, Hendy Setiono dari Baba Rafi Enterprise selaku perwakilan pengusaha, dan Herlambang Sucahyo, S.T., M.T., selaku perwakilan pemerintah Surabaya. Selain pitching, juga terdapat exhibition di mana para startup founders memamerkan produk yang mereka gagas.
Para juri merasa kagum dengan ide mereka yang diharapkan bisa berdampak positif. Tidak hanya berasal dari bidang persampahan, tetapi SWUP juga menghadirkan berbagai jenis startup yang menggeluti dunia internet of things (IoT), penjernihan polusi udara, dan cairan pembersih organik.
“Hal ini dapat memperluas kesempatan kolaborasi dan networking untuk para founder startup menjadi lebih berdampak di masa depan,” ujarnya.
Dari seluruh startup yang turut serta, terdapat tiga startup terbaik yang nantinya akan dibantu pengembangannya di Kota Surabaya melalui fase post-assistance program. Startup tersebut adalah Briqcoff dari Surabaya, CLEANZ dari Malang, dan Daurulang.ID dari Klaten.
Briqcoff bergerak dalam pembuatan briket arang menggunakan ampas kopi dari coffee shop di Surabaya. Sedangkan, CLEANZ merupakan inisiatif pembuatan deterjen ramah lingkungan dari bahan organik berbasis pemberdayaan masyarakat. Terakhir, daurulang.id merupakan bisnis pengelolaan sampah low-value plastic dan styrofoam menjadi bahan material konstruksi rumah.
CEO Carbon Addons, Mohammad Naufal memberikan pesan bagi para pendiri startup bahwa untuk memberikan solusi dalam isu ekonomi sirkular, perlu mindset yang menekankan love the problem, not the solution. Karena dapat menjadi solusi sesuai dengan realita dan kebutuhan dari pengguna. Sebab, menjadi adaptif sangatlah diperlukan oleh pendiri startup.
“Maka dari itu, kami mengajak para startup untuk melihat kondisi yang ada secara langsung termasuk untuk melihat masalah yang dihadapi hingga opportunity yang dapat mereka manfaatkan,” ucap Mohammad Naufal.
Bersama Surabaya Waste Up Project 2023, Mohammad Naufal menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua mitra strategis. Di antaranya, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya dan Pertamina Foundation, para peserta, seluruh pengisi materi workshop, para mentor, juri dan juga community partner yang telah ikut serta aktif dalam mengubah visi ekonomi Surabaya menuju keberlanjutan.
“Circular economy bukan hanya konsep, melainkan sebuah gerakan nyata yang diwujudkan melalui inovasi dan kolaborasi para startup dan pemangku kepentingan yang terlibat dalam SWUP,” katanya.
Dirinya berharap, SWUP dapat menjadi awal dari transformasi berkelanjutan. Mohammad Naufal pun mengajak semua pihak untuk terus berkolaborasi, berinovasi, dan bersama-sama membangun ekosistem ekonomi sirkular di Surabaya.
“Terima kasih atas semangat, dedikasi, dan kontribusi dari seluruh pihak yang telah membuat SWUP 2023 menjadi sukses. Jika anda ingin berdiskusi lebih lanjut tentang keberlanjutan, Anda bisa menghubungi Carbon Addons di info@carbonaddons.id atau melalui Instagram dan LinkedIn kami,” tandasnya.