BISNIS

Stasiun Pirusa, Bagian Sejarah Tasikmalaya yang Terlupakan

×

Stasiun Pirusa, Bagian Sejarah Tasikmalaya yang Terlupakan

Sebarkan artikel ini
Salah satu bekas rel kereta api di Stasiun Pirusa, Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Foto: MEREBEJA.COM/WILDAN

MEREBEJA.COM – Selain menyisakan kerugian, meletusnya Gunung Galunggung pada tahun 1982 juga menjadi sebuah keberkahan bagi warga Tasikmalaya.

Pasalnya, dari hasil erupsi Gunung tersebut, memuntahkan banyak pasir yang memiliki daya jual. Buah dari pasir Galunggung adalah gedung yang menghiasi Jakarta saat ini.

Stasiun Pirusa (PRS) merupakan stasiun kereta api barang nonaktif yang terletak di Kampung Pirusa, Desa Sukaratu, Kecamatan Sukaratu, Tasikmalaya, Jawa Barat.

Pasca Gunung Galunggung mengalami erupsi pada tanggal 5 April 1982, timbul keinginan PJKA untuk membangun jalur kereta api baru khusus angkutan pasir yang dimulai dari jalur simpang Babakanjawa, yang terletak di petak antara Stasiun Rajapolah dan Stasiun Indihiang ke Sukaratu di lereng Gunung Galunggung.

Stasiun yang beroperasi sekitar kurang lebih sepuluh tahun ini, menjadi salah satu stasiun penghasil pasir terbesar di Indonesia. Pasir-pasir tersebut setiap hari diangkut menggunakan kereta api dari Stasiun Pirusa sampai dengan Stasiun Cipinang Jakarta. Kereta api angkutan pasir ini mampu menarik 15–20 gerbong dalam sekali jalan.

Sepuluh tahun terus-menerus diangkut, persediaan pasir Galunggung pun menipis dan diangkut oleh truk, kemudian stasiun dan segmen jalur ini resmi ditutup pada tahun 1993.

Saat ini masih ada sisa rel dan sinyal di stasiun ini, namun sebagian besar rel dan jembatan sudah dibongkar. Bekas bangunan stasiun ini kini sudah beralih fungsi menjadi rumah warga.