SASTRA

Revolusi Timur

×

Revolusi Timur

Sebarkan artikel ini

Oleh Abdul Gani

Ketika tahuri di tiup dari tanah larvul ngabal, Gelegar suaranya menjumpai tetuah yang sedang mendayuh keributan tapal tanpa ada batasnya, dari sengketa yang melahirkan kudeta yang tak pernah habisnya, anak cucu menyanyikan mantra di tengah teriknya fatamorgana keadilan.

Seorang penyair yang selalu menyihir dalam sabda kata, ku jumpai di bawah terik matahari, teriaknya keadilan tak di gubris mata mahasiswa, sebab beranda lebih melahirkan birahi hingga menjumpai mereka pada lupa.

Gerombolan anak rohani prodi sedang menjiplak literatur dengan atas nama mereka, sedangkan tokoh dan filsuf di lacuri mereka tanpa bersalah, menjiplak hingga tak bersalah, selamanya menjadikannya hilaf di medan tempur yang tak berkesudahan, kelak pecah jua raut gelisahnya

Dan, di bawah payung hitam 10 November, Poetik HAM kembali gema, hanya poster dan tuntutan menjadikannya hujan dan akhirnya redah. Kita hanya mengenang, dan mengenang.

Sejak sajak berbicara kemanusiaan, api adalah revolusi, dan barahnya jejak sejarah. Sekali senyap kita sendiri yang menyayat kematian.

 

Kepergianmu meninggalkan duka yang mendalam. Alm. Melkior Paji Demon, Ket Foto: Istimewa.
SASTRA

Oleh Ar. Agung Siang itu seusai doa berderai…