MEREBEJA.COM – Program Studi Pendidikan Musik Universitas Katolik Widya Mandira (UNWIRA) Kupang, melaksanakan ujian akhir semester genap T.A. 2024, dalam bentuk perlombaan mata kuliah musik ansambel.
Hal ini dilakukan demi meningkatkan kualitas mahasiswa pendidikan musik sekaligus merawat ekosistem musik ansambel, pada Selasa (09/07/2024).
Musik ansambel terbagi menjadi dua bagian yakni, ansambel campuran dan sejenis.
Ansambel campuran terdiri dari beberapa alat musik yang di mainkan secara bersamaan sedangkan ansambel sejenis terdiri dari satu jenis alat musik saja.
Kedua bagian musik ansambel tersebut harus memerhatikan tempo, irama, dinamika, balance dan rasa dalam menyajikannya karena poin-poin tersebut merupakan prinsip dari musik.
Dosen mata kuliah musik ansambel, sekaligus ketua prodi pendidikan musik, Flora Ceunfin mengatakan bahwa, perlombaan tersebut masuk dalam musik ansambel campuran.
“Kalau dalam perlombaan yang kita saksikan bersama tadi, masuk dalam bagian musik ansambel campuran sehingga terlihat beragam alat musik yang dimainkan,” ungkapnya.
Ia menjelaskan bahwa, mahasiswa yang terlibat dalam ujian dalam bentuk perlombaan tersebut, terdiri dari angkatan 2021 dan 2022 yang dimana angkatan 2021 semester 6 ujian musik ansambel dua sedangkan angkatan 2022 semester 4 ujian musik ansambel satu.
Dari kedua angkatan tersebut, terbagi dalam 12 kelompok masing-masing angkatan terdiri tiga-tiga kelompok.
Flora menyebut, selain dirinya selaku dosen pengasuh mata kuliah musik ansambel, ada juga rekan satu tim yang juga mengasuh mata kuliah yang sama yakni, Agustinus R. A. Elu, Yohanis D. Amasanan.
Adapun dewan juri dalam perlombaan tersebut diantaranya, Flora Ceunfin bersama rekan satu timnya tersebut kemudian ditambah lagi Kadek Paramita Hariswari, Paskalis Romanus Langgu yang turut memberikan penilaian.
Flora membeberkan bahwa, pada sebelumnya ujian musik ansambel dilaksanakan dalam bentuk pertunjukan dan pentas saja namun kali ini sengaja dilaksanakan dalam bentuk perlombaan guna memberikan tantangan baru bagi mahasiswa.
Disisi lain dengan adanya perlombaan tersebut maka kualitas dan skil mahasiswa dalam menyajikan musik ansambel dapat dibuktikan.
Ia menyambung katanya, memang benar mahasiswa prodi pendidikan musik UNWIRA lebih merujuk pada guru, namun tantangan eksternal harus dibendung karena setelah lulus dari pendidikan musik tentunya dituntut mahasiswa yang berkualitas sehingga skema semacam ini perlu diterapkan.
“Apalagi menghadapi musisi-musisi yang otodidak yang punya skil alam. Akan tetapi, kami percaya anak asuh pendidikan musik UNWIRA Kupang pasti mampu bersaing,” katanya.
Sementara itu, Flora Ceunfin juga mengaku kagum dan mengapresiasi dosen mata kuliah drama, Kadek Paramita Hariswari dan mahasiswa semester 2, sekalipun mata kuliah drama tidak menguji mahasiswa dalam bentuk perlombaan namun penampilan anak didiknya sangat memukau mata dan layaknya sedang menyaksikan suatu perlombaan.
Pasalnya, drama yang dipentaskan mengangkat cerita rakyat dari Alor Nusa Kenari dan Timor Tengah Selatan, NTT. Kemudian mahasiswa yang berperan dalam drama sepenuhnya menjiwai sehingga pesan dalam drama dapat dirasakan.
Selain itu, dirinya juga memberikan pujian kepada dosen mata kuliah paduan suara Agustinus R.A. Elu dan mahasiswa semester 2 paduan suara, yang tampil luar biasa dalam ujian akhir tersebut.
Flora juga mengingatkan dan berharap mahasiswa tidak boleh merasa puas setelah ujian dalam bentuk lomba tersebut, tetapi terus mengasa diri dengan belajar lebih giat, karena setelah lulus akan menjadi guru yang menerapkan ilmu musik ansambel dan juga drama.
“Apalagi di sekolah -sekolah sekarang sudah ada mata pelajaran ansambel meskipun selama ini hanya sebatas teori saja tanpa ada praktek, jadi kami berharap mahasiswa prodi pendidikan musik mampu menerapkan ilmu musik ansambel dengan mempraktekkannya,” katanya.
Flora juga berharap bahwa skema meningkatkan kualitas mahasiswa dengan cara seperti ini bisa diterapkan di mata kuliah lain selain musik ansambel dan drama. ***