ÉKOSISTEM

Pentingnya Mitigasi Dari Dampak Ekologi Wisata Alam

×

Pentingnya Mitigasi Dari Dampak Ekologi Wisata Alam

Sebarkan artikel ini
Foto: Taman Nasional Way Kambas di Kabupaten Lampung Timur, Lampung.

MEREBEJA.COM – Jumlah Taman Nasional (TN) di Indonesia cukup banyak. Tercatat hingga tahun 2023 ini, jumlahnya mencapai 55. Selain TN, Indonesia juga memiliki Taman Wisata Alam (TWA). Jumlahnya 130 yang tersebar di seluruh Indonesia.

TN dan TWA itu berada di kawasan konservasi seluas 27,4 Juta hektar. Perkembangannya bisa dibilang cukup pesat, pada awal pembentukannya, yaitu pada tahun 1982, Indonesia hanya memiliki 5 TN saja.

Baik TN maupun TWA kerap dijadikan sebagai tujuan wisata. Keduanya memiliki arti yang sangat strategis, misalnya sebagai sumber pendanaan konservasi, sarana meningkatkan kesadaran masyarakat, pertumbuhan ekonomi lokal, diversifikasi pendapatan, manfaat pendidikan, mempromosikan potensi daerah, mendukung penelitian, dan mempengaruhi kebijakan konservasi.

Karena TN dan TWA sangat penting, maka menurut Profesor Riset Bidang Konservasi Keanekaragaman Hayati Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi, Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Hendra Gunawan mengungkapkan penting adanya mitigasi dampak ekologi kegiatan wisata alam Taman Nasional yang saat ini cenderung meningkat mengikuti trend global.

“Kita perlu memitigasi dampak ekologi wisata alam pada habitat, hidupan liar, pola migrasi, dan penyebaran penyakit. Jika hal ini diabaikan, akan mengancam keberlanjutan wisata alam itu sendiri,” ujarnya saat menjadi salah satu narasumber Workshop Pengelolaan Wisata Alam di Taman Nasional Baluran, Banyuwangi, Jawa Timur, Senin (27/12/2023) lalu.

Menurut Hendra, ada dampak lain dari wisata alam liar yang perlu dicermati. Pertama, memastikan wisatawan tidak membawa penyakit yang dapat ditularkan dan aktivitas pengunjung tidak menyakiti, mengganggu, bahkan mengeksploitasi hidupan liar.

Kedua, mitigasi dampak pada pola migrasi dan rutinitas harian yang harus selaras dengan rute wisata. Ketiga, mitigasi penyebaran penyakit melalui penerapan protokol kesehatan dan kebersihan untuk mencegah penyebaran penyakit.

“Maka dari itu fungsi pendidikan dan kesadaran lingkungan baik oleh pengelola maupun para wisatawan terkait konservasi alam harus dipahami. Salah satunya  dengan menerapkan batasan jumlah pengunjung. Selain itu kolaborasi dengan komunitas lokal dalam pengelolaannya sehingga berdampak pada pengembangan wisata yang memberikan manfaat positif bagi masyarakat,” terangnya.