WARTA

Suara Kecaman Mahasiswa ISBI Bandung Atas Pembatalan ‘Wawancara dengan Mulyono’

×

Suara Kecaman Mahasiswa ISBI Bandung Atas Pembatalan ‘Wawancara dengan Mulyono’

Sebarkan artikel ini
Sejumlah mahasiswa Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung melakukan aksi teatrikal di Kampus ISBI, Jalan Buah Batu, Kota Bandung, Senin (17/2/2025). Foto: Dimas Rachmatsyah/Jabar Ekspres
Sejumlah mahasiswa Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung melakukan aksi teatrikal di Kampus ISBI, Jalan Buah Batu, Kota Bandung, Senin (17/2/2025). Foto: Dimas Rachmatsyah/Jabar Ekspres

MEREBEJA.COM – Kelompok Teater Payung Hitam, yang hendak merayakan 43 tahun proses kreatifnya dengan mementaskan “Wawancara dengan Mulyono” harus batal. Pementasan itu seharusnya digelar pada 15-16 Februari 2025 di Studio Teater Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung.

Rektor ISBI, Retno Dwimarwati, menjelaskan bahwa kampus melarang keras kegiatan yang mengandung unsur SARA dan politik praktis, termasuk yang melibatkan dosen dan purnabakti. Menurut Retno, kebijakan ini dibuat untuk menjaga kampus tetap menjadi ruang ilmiah yang bebas dari konflik kepentingan dan provokasi.

“Kami tidak akan mentoleransi kegiatan yang bisa menimbulkan perpecahan berbasis SARA dan politik, baik dari mahasiswa, dosen, pegawai, maupun purnabakti,” kata Retno.

Sejumlah mahasiswa ISBI Bandung ambil sikap merespons pembatalan ini. Mereka menggelar aksi protes dengan tema “Kebebasan Berekspresi Dipenjara di Kampus Seni”, Senin (17/2/2025). Mereka mengkritik keras larangan terhadap mantan dosen Rachman Sabur yang tidak diizinkan untuk tampil dalam pentas teaternya.

Pembatalan “Wawancara dengan Mulyono”  memicu kemarahan mahasiswa. Aksi ini dianggap sebagai bentuk kritik terhadap kebobrokan kampus, dan menjadi alasan utama protes mereka.

Sejumlah mahasiswa Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung melakukan aksi teatrikal di Kampus ISBI, Jalan Buah Batu, Kota Bandung, Senin (17/2/2025). Foto: Dimas Rachmatsyah/Jabar Ekspres

Sirine menyala. Massa aksi berorasi di depan Gedung Dekanat, Taman Budaya sejak pagi. Setelah itu mereka melakukan longmarch seraya menyalakan sirine dari alat pengeras suara.

Sewaktu tiba di depan Gedung Seni Karawitan, mereka melakukan sejumlah aksi teatrikal. Diiringi lagu karawitan, dua orang mahasiswa di depan replika uang dan dupa yang menyala, melakukan aksi mereka.

Salah seorang orator berteriak lantang, “Kami tidak akan diam! Kami tidak setuju dengan tindakan kampus yang membatasi seni!” tegasnya.

Tak hanya itu, mahasiswa juga membacakan puisi dengan pesan yang menggugah, seperti yang satu ini: “Kebebasan dipenjara tanpa pintu. Seni tak butuh izin untuk hidup. Tapi di sini: dikubur,” ucapnya.

Aksi terus berlangsung, di depan Gedung Rektorat, orator dan massa aksi bersama-sama menyerukan, “Kami mahasiswa ISBI Bandung, melawan kesewenang-wenangan kampus terhadap pelarangan yang membatasi kebebasan berekspresi dan pembredelan seni. Kami mahasiswa ISBI Bandung, mengutuk keras tindakan kesewenang-wenangan kampus terhadap pelarangan yang membatasi kebebasan berekspresi dan pembredelan seni. Jangan diam, lawan! Jangan diam, lawan!” sahut mereka.

Aksi protes mahasiswa ISBI Bandung ini menekankan, tidak akan membiarkan kebebasan berekspresi mereka dibatasi. Bahkan di tempat yang seharusnya menjadi ruang berkarya dan berkreasi.