MEREBEJA.COM – Sikap toleransi beragama di Kota Semarang patut diapresiasi. Kebersamaan antarumat beragama itu terlihat di momen Ramadan 1445 Hijriah.
Suasana rukun ditunjukkan saat Kaum Tionghoa yang dikomandani Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) menggelar buka bersama warga Kelurahan Jomblang, Kecamatan Candisari, Kota Semarang.
Di Kelurahan Jomblang itu yang sempat viral adanya Bongpay atau batu nisan Tionghoa yang digunakan untuk penutup selokan. Masalah tersebut sudah diselesaikan dan ternyata warga memang tidak mengetahui Bongpay tersebut.
Buka puasa di Jomblang berlangsung sederhana dengan makan lesehan bersama-sama. Bincang-bincang antara mereka semakin menyelimuti kehangatan suasana.
Dewan Pakar PSMTI, Dewi Susilo Budiharjo menagatakan tidak mempermasalahkan insiden Bongpay yang sempat viral beberapa waktu lalu. Dia pun memaklumi warga tidak mengetahi Bongpay karena benda tersebut sudah ada lama di sana.
“Ini kita tetap sedulur. Saya lahir sebagai keturunan Tionghoa, tapi Saya Indonesia,” kata Dewi, saat berbincang dengan warga.
Dewi mengatakan, buka bersama ini digelar dengan dasar pemikiran bahwa kaum Tionghoa dan warga Muslim bersaudara. Pihaknya ingin turut berbagi dan merasakan kebahagiaan saat Ramadan. Ini pun sebagai bentuk toleransi dan keguyubrukunan di tengah keberagaman warga Semarang.
“Sebuah keterkejutan saya dan kegembiraan bahwa di Kelurahan Jomblang jadi sebuah kelurahan percontohan moderasi beragama. Saya senang hati ketika kita bukber disini,” katanya.
Tak hanya buka bersama di Djomblang, sebelumbya PSMTI juga berbagi takjil di masjid-masjid. Ke depan, pihaknya ingin mengadakan buka bersama dengan anak-anak panti asuhan.
Sementara itu, Lurah Jomblang, Henry Nurcahyo mengatakan, buka bersama kaum Tionghoa dengan warga Jomblang ini menjadi momen pertama kali sepanjang sejarah. Dia berharap, buka bersama ini semakin menambah ikatan persaudaraan.
“Mewakili warga Jomblang, kami bahagia dan berterimakasih kepada PSMTI karena sufsh berkenan mengadakan bukber di Kelurahan Jomblang,” ujarnya.
Henry menyebut, Kelurahan Jomblang memang menjadi kelurahan percontohan moderasi beragama ditetapkan oleh Kementerian Agama. Hal itu karena keguyubrukunan warga yang berbeda agama.
“Warga guyub rukun. Ada beberapa tempat ibadah. Tempat ibadah itu diperkampungan dan kita saling menjaga, ada kerukunan satu dan lain. Disini agamanya beragam,” tandas Henry.