Kantong Plastik Sekali Pakai (PSP) dan plastik masih jadi masalah global. Jumlah sampah PSP cukup mencengangkan.
Di Indonesia saja, menurut Data dari Making Oceans Plastic Free pada 2017 lalu. Setiap tahun Indonesia menggunakan kantong PSP rata-rata ada 182,7 miliar.
Tidak mengherankan jika sekitar 73 persen sampah di pantai adalah kantong plastik. Kantong plastik mencemari garis pantai, saluran air, dan lautan sehingga merusak hewan dan ekosistem.
Di Indonesia saja, menurut Data dari Making Oceans Plastic Free pada 2017 lalu. Setiap tahun Indonesia menggunakan kantong PSP rata-rata ada 182,7 miliar.
Sementara di Amerika Serikat menurut Badan Perlindungan Lingkungan (EPA penggunaan kantong PSP lebih dari 380 miliar setiap tahun
Tidak mengherankan jika sekitar 73 persen sampah di pantai adalah kantong plastik. Kantong plastik mencemari garis pantai, saluran air, dan lautan sehingga merusak hewan dan ekosistem.
Mirisnya, sampah jenis ini butuh waktu lama untuk terurai. Berikut enam dampak negatif menggunakan kantong PSP:
• Mengandung racun
Plastik mengandung polutan seperti bifenil poliklorinasi yang mengganggu hormon manusia dan meningkatkan rantai makanan.
Setelah ikan mengonsumsi potongan plastik yang mengandung racun ini, bahan kimia tersebut menemukan jalannya melalui rantai makanan hingga mencapai manusia yang mengonsumsi ikan tersebut.
Selain itu, bahan kimia yang terdapat pada plastik dapat mengubah perilaku hewan laut.
Penelitian yang dipublikasikan di Biology Letters menemukan bahwa ketika periwinkle dihadapkan pada kepiting, predator alami mereka, mereka merasakan bahan kimia kepiting di dalam air dan bersembunyi di cangkangnya, namun plastik mencegah mereka melakukan hal tersebut.
Para peneliti menemukan bahwa ketika periwinkle ditempatkan di air yang sebelumnya mengandung butiran plastik, mereka tidak dapat merespons isyarat kimia dengan cara yang normal.
Jadi, racun dalam plastik mengganggu fungsi normal hewan laut.
• Menghalangi saluran air
Kantong plastik sangat ringan, makanya mudah terbawa angin. Saat tertiup akan, kantong plastik lerap berakhir di selokan.
Saat masuk ke selokan, kantong plastik dapat menghalangi saluran air, jadinya dapat terjadi banjir
• Dibuat dengan energi tidak terbarukan
Kantong plastik umumnya terbuat dari bahan polietilen. Bahan ini dibuat dari penyulingan gas alam dan minyak mentah.
Green Tumble menyebutkan, keduanya merupakan sumber daya berbasis bahan bakar fosil yang tidak terbarukan.
Jadi, saat memproduksi kantong plastik, maka pada saat itu pula emisi gas rumah kaca akan semakin meningkat, yang pada akhirnya akan berkontribusi terhadap pemanasan global.
Karena itu, dengan tidak lagi menggunakan kantong plastik, diharapkan kita dapat mengakhiri produksi kantong plastik, yang akan membantu memperlambat pemanasan global.
• Butuh waktu lama untuk terurai
Salah satu kekhawatiran terbesar mengenai kantong plastik adalah plastik tidak mudah hancur.
Faktanya, dibutuhkan waktu 500 tahun atau lebih agar plastik mulai terurai, dan plastik hanya akan terurai sempurna dalam waktu 1.000 tahun.
Selain itu, kantong plastik tidak terurai sempurna karena tidak dapat terurai secara hayati.
• Menghabiskan banyak energi
Membuat plastik tidaklah mudah, sebab membutuhkan energi yang banyak. Mulai dari proses pemanasan gas dan minyak.
Menurut Conserve Energy Future, jumlah energi yang dibutuhkan untuk memproduksi sembilan kantong plastik saja dapat menggerakkan sebuah mobil sejauh satu kilometer.
• Membunuh jutaan hewan setiap tahun
No Plastic Oceans melaporkan, sekitar 1 juta hewan laut mati setiap tahun akibat plastik yang ada di laut.
Kenapa demikian, karena hewan menelan plastik atau terjerat di dalamnya. Hewan seperti burung terkadang salah mengira potongan plastik sebagai makanan.
Eco Watch melaporkan bahwa lebih dari 370 otopsi penyu belimbing menemukan bahwa satu dari tiga penyu memiliki plastik di perutnya, dan yang paling sering adalah kantong plastik.