Pulau Salissingan dikenal sebagai surga bagi penyu. Pulau ini berada di Desa Balabalakang, Kecamatan Kepulauan Balabalakang, Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat.
Dalam lima tahun terakhir populasi penyu menurun akibat perburuan liar. Habitatnya terganggu akibat perubahan iklim dan ulah manusia. Daging penyu diambil untuk konsumsi, cangkangnya digunakan untuk perhiasan.
Untungnya kondisi ini perlahan berubah, sejumlah peneliti dari Marine Plastic Research Group (MPRG) Universitas Hasanuddin kolaborasi dengan Mubadala Foundation melakukan upaya konservasi dengan perbaikan ekosistem lamun dan terumbu karang sejak 2022 silam.
Hal ini dilakukan dengan harapan populasi penyu akan terus meningkat seiring membaiknya habitatnya.
“Jadi yang pertama kita lakukan adalah memperbaiki habitat penyu yang ada di Pulau Salissingan dan Gusung Durian melalui transplantasi karang dan lamun untuk menumbuhkan kembali karang dan lamun yang ada sekitar situ,” kata Dr. Ir. Shinta Werorilangi, Program Manager Mubadala ID2, di Makassar, Senin (4/12/2023).
Shinta menyebut, perbaikan ekosistem lamun sangat penting karena merupakan habitat penyu yang kondisinya telah mengalami degradasi cukup parah.
“Diharapkan penyu yang dalam lima tahun terakhir populasinya berkurang akan muncul kembali,” katanya.
Kepulauan Balabalakang merupakan salah satu jalur migrasi penyu di Indonesia. Dari 7 jenis penyu yang ada di dunia.
Ada tiga jenis penyu yang ada di Kepulauan Balabalakang, khususnya Pulau Salissingan dan Gusung Durian, yaitu penyu sisik (Eretmochelys imbricata) dan penyu hijau (Chelonia mydas), dan penyu belimbing Dermochelis coriaceae, meski hanya dua jenis yang sering ditemukan yaitu penyu sisik dan penyu hijau.
“Kita melihat lamun yang merupakan daerah feeding ground atau daerah reproduksi penyu, daerah tempat persembunyian penyu dari predator, itu sudah mulai berkurang. Sehingga akhirnya kita melihat bahwa daerah Pulau Salissingan ini perlu dilakukan restorasi terumbu karang dan lamun untuk mengembalikan penyu lebih banyak lagi terlihat di daerah tersebut,” kata Shinta.
Agar konservasi ini bisa berkelanjutan, maka didorong pelibatan masyarakat dengan mengembangkan kawasan ini sebagai kawasan khusus pariwisata penyu.