MEREBEJA.COM– Estrata Band, sala satu grup musik anak desa, yang menginspirasi orang muda dan mengangkat budaya Lamaholot lewat lagu.
Grup Band Estrata, terbentuk di Desa Beloto, Kecamatan Adonara Timur, Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur, sejak 1988.
Sekalipun hidup di desa api kreativitas anak muda Beloto tidak akan pernah padam, khususnya dalam dunia musik.
Kehadiran Estrata band selain menginspirasi anak muda dan mengangkat budaya Lamaholot, mereka juga komitmen untuk tetap melestarikan ekosistem musik.
Lagu-lagu karya Estrata Band yang bernuansa cinta dan budaya, cukup menarik banyak perhatian dari para pencita musik lokal, khususnya masyarakat Lamaholot.
Estrata kini telah berhasil merilis 17 lagu, sejak 2019, keberhasilan tersebut tidak terlepas dari perjuangan Filemon Edison Ola, yang resah melihat bakat anak muda yang sangat berpotensi di dunia musik, namun belum mampu melahirkan karya (Lagu) sendiri.
Edison Ola, setelah menyelesaikan study di pulau Jawa, yang juga sedikit mengetahui program rekaman, kemudian mulai berdiskusi dengan willy Botan, gitaris Estrata yang waktu itu masih bergabung bersama Fajar Band, dan berhasil menciptakan lagu dengan judul “Budi Mion” dan menjadi lagu pertama yang sempat buming di bumi Lamaholot.
Editor Estrata Band, Edison Ola mengatakan bahwa, keberhasilan Estrata hingga mempersembahkan karya untuk publik bukan kerja keras dirinya bersama Willy Botan saja tetapi atas usaha keras dari semua personil Estrata.
“Kami bisa berhasil berkarya dan mempersembahkan karya kami itu, tidak terlepas dari usaha keras semua personil Estrata Band,” kata Edison.
Gitaris Estrata Willy Botan menuturkan, Estrata akan tetap berkarya dan optimis merawat ekosistem musik, sekalipun akan banyak rintangan yang harus di lewati.
“Apapun yang terjadi kami akan tetap berkarya demi merawat ekosistem musik, kami akan selalu kompak dan optimis,” tegasnya.
Sejarah Singkat dan Lika-Liku Estrata Band
Willy Botan juga mengatakan bahwa, sejak terbentuknya Estrata Band pada 1988, sebelumnya nama grup musik ini adalah ” Band Muda Mudi”.
Willy juga menjelaskan bahwa, kini grup Band Estrata telah memiliki empat generasi.
“Generasi yang pertama sekaligus pendiri Estrata Band itu pada masanya, Dominikus Lanang, Dominggus Mangu, Anselmus Payong, masa inilah yang kemudian memberi nama “ESTRATA BAND” (Ema Soron Taan Mura Rame Lewo Tanah) atas kesepakatan bersama tokoh-tokoh adat kala itu. Pemberian nama ini sangat sakral karena nama tersebut memiliki arti sembah bhakti untuk kampung halaman,” kata Willy Botan.
“Generasi kedua masanya, Sabinus Gesi, Emanuel Tari, Algon Hera, generasi ketiga zamannya, Bartolomeus Ama (Ama Tonggana) yang sekarang juga masih bergabung di generasi keempat, Oskar Paji, Thomas Hera,” lanjut Willy.
“Generasi ke-empat itu masanya kami sekarang ini, Willy Baldus Demon (Willy Botan) gitaris, Didakus Tatu (Arr Tatu) pemain Bass, Bartolomeus Ama (Ama Tonggana) Keyboard, Krisolgus Petrus Jako (Ama Jako) Drumer, Klaudius Olick (Arckes Olik) Vokalis, Maria Tantiana Barek (Tantry Botan) Vokalis dan Edison Ola editor handalnya kami,” sambungnya.
Willy juga menuturkan bahwa, waktu Estrata mempunyai karya sendiri yang di persembahan untuk publik itu pada masanya mereka (generasi ke-empat).
sementara itu sala satu perintis Estrata Band, Anselmus Payong mengatakan bahwa, pada 1988 alat musik yang digunakan terbuat dari kayu, oleh karena itu, anak-anak muda yang tergabung dalam Muda Mudi Katolik (Mudika) kemudian mulai bekerja kelompok guna mendapatkan dana sehingga hasil dari kerja keras kelompok mudika mereka berhasil membeli 3 gitar rongga.
Anselmus melanjutkan katanya, uang hasil kerja keras kelompok mudika tersebut hanya mampu untuk membeli 3 gitar rongga, sehingga mereka juga memanfaatkan kaleng-kaleng bekas untuk dijadikan sebagai drum saat tampil di hadapan warga.
“Awalnya Estrata hanya memiliki 3 gitar rongga, satu amplifier, dan satu salon buatan sendiri,” ungkapnya.
Dirinya mengaku bangga dengan Kreativitas anak-anak muda yang kini telah melanjutkan karya mereka.
“Ternyata apa yang kami jajaki dulu hari ini telah membuahkan hasil, meskipun belum maksimal dan juga belum sesempurna grup band lain yang sudah mempunyai karya sendiri terdahulu, tetapi yang jelasnya anak-anak saya pun telah berkarya, itu poinnya,” tandasnya.
Anselmus berharap, Estrata terus berkarya dan buktikan pada dunia jika api kreativitas orang Beloto tidak akan padam apalagi dalam dunia musik.
“Buktikan pada dunia bahwa kita bukan pecundang dan ceritakan tentang keindahan alam dan keunikan budaya, adat Lamaholot lewat lagu,” tukasnya. ***
Mari mendukung dan memberikan suport untuk Estrata Band melalui link di bawa ini :
https://youtube.com/@estrataband?si=_WGWHwxvFWvwnqTR