“Peran pemuda sangat penting untuk mendukung gerakan konservasi” menjadi pemicu lahirnya konsep ekowisata hutan berbasis digital oleh Arsel Community, pengelola Hutan Kemasyarakatan [HKm] Bukit Peramun, di Desa Air Selumar, Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Untuk mewujudkannya, sejak tahun 2017 Bukit Peramun mulai menerapkan sistem digital QR Code. Melalui cara ini, pengunjung dapat dengan mudah mengakses informasi flora dan fauna yang ada di hutan seluas 115 hektar itu. Tiga tahun berselang [2020], Arsel Community menyempurnakannya dengan mengembangkan sistem informasi digital dalam bentuk aplikasi android “Kepo” [Kenali Pohon], yang dapat menampilkan langsung informasi jenis tanaman melalui audio dan video hologram.
“Pengelolaan hutan di masa depan pasti dan harus dalam bentuk digital. Ini juga menjadi kunci agar generasi muda tertarik dengan alam. Peran mereka sangat penting dalam mendukung dan menjaga gerakan konservasi hari ini dan masa depan,” kata Adie Darmawan, Ketua Komunitas Air Selumar [Arsel Community] Belitung, Sabtu [28/10/2023].
Agar lebih interaktif, ada juga aplikasi Minizoo Virtual. Dengan begitu, para pengunjung dapat berinteraksi dengan satwa melalui 3D objek video, serta bisa mencari satwa-satwa hampir punah dengan fasilitas GPS Location Base.
“Aplikasi-aplikasi ini ternyata sangat berguna di masa pandemi, karena dapat mengurangi interaksi langsung, baik dengan satwa maupun manusia,” lanjut Adie.
“Namun, penggunaan aplikasi tersebut bukan tanpa kendala. Dengan dimaksimalkannya aplikasi digital, tentu saja diperlukan fasilitas pendukung, seperti license, keterbatasan sinyal, maupun database dalam jumlah besar, agar mampu melayani ratusan pengunjung sekaligus,” lanjut Adie.
Hingga saat ini, ekowisata Bukit Peramun menjadi destinasi favorit siswa, mahasiswa, hingga peneliti dari dalam maupun luar negeri. Pada tahun 2019, dari bulan Januari hingga Agustus, tercatat lebih dari sembilan ribu orang yang mengunjungi Bukit Peramun.