MEREBEJA.COM- Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Widya Mandira Kupang berkolaborasi dengan Pembebasan Kol-Kot Kupang, gelar kegiatan solidaritas untuk masyarakat adat Nusa Tenggara Timur dalam bentuk diskusi dan pentas seni, pada Sabtu (25/05/2024).
Wakil ketua BEM Fisip UNWIRA Kupang, Helena Magor mengatakan bahwa, kegiatan ini digelar atas dasar keresahan terhadap nasib masyarakat adat NTT yang hari ini masih saja merasakan ketidakadilan.
“Kami juga menilai bahwa adanya kemunduran eksistensi dan pergerakan dalam tubuh Oranganisasi intra kampus dan ekstra kampus dalam menyikapi problematika di NTT, sehingga kami memandang perlu bangun skema untuk mengembalikannya kedalam rel yang semestinya,” sambung Helena.
Pendiri Literasi Merdeka Menilai BEM Fisip UNWIRA Sudah Satu Langkah Lebih Maju Melihat Problem Rakyat
Pendiri Literasi Merdeka Abdul Gani, menjelaskan bahwa, kolaborasi diskusi publik dan mimbar kesenian adalah satu langkah yang mesti dijalankan guna menumbuhkan percikan kesadaran untuk berbicara dan bersolidaritas perihal problematika di NTT.
“Diskusi dan mimbar bebas ini sebagai bentuk ekspresi mahasiswa Fisip UNWIRA yang tidak terlepas dari bebribacara realita kehidupan masyarakat,” ungkap Gani.
“Saya menilai kegiatan ini sebagai bentuk panggilan untuk hal-hal baik artinya, yang hadir hari ini adalah manusia-manusia yang memiliki keresahan yang sama tentang perampasan tanah adat terkhusus di NTT,” lanjutnya.
Mantan BEM Fisip Meminta Agar Semua BEM di Kampus se-NTT Harus Bangun Kesadaran Untuk Menyikapi Persoalan Rakyat NTT
Mantan Ketua BEM Fisip Acong menuturkan bahwa, kegiatan ini sangat demokratis karena atas dasar kesepakatan bersama antara BEM Fisip dan Organisasi Pembebasan Kol-Kot Kupang yang sebagai pelopor kegiatan.
“Kegiatan ini sangat luar biasa sebab konsep berbicaranya berangkat dari persoalan rakyat seperti perampasan tanah adat, human trafficking, upah murah terhadap buruh dan masih banyak problem lainnya yang benar-benar terjadi,” ungkap Acong.
“Kami berharap agar kegiatan ini mampu membuka wawasan bagi masyarakat dan mahasiswa-mahasiswa di NTT terkhususnya BEM di kampus-kampus Se- NTT, Karena untuk melahirkan suatu perubahan butuh berjuta-juta massa,” sambungnya.
“Kami mengharapkan kesadaran dari seluruh BEM di kampus-kampus untuk menggelar kegiatan semacam ini sebagai bentuk edukasi terhadap mahasiswa dan masyarakat di NTT,” tegas Acong.
“Melihat fenomena di masyarakat detaknya tidak pernah berhenti dan kebijakan yang dilahirkan oleh pemerintah perlu perhatian dari berbagai arah sebagai syarat untuk keseimbangan tatanan sosaial,” lanjutnya.
“Kami berterima kasih atas partisipasi dari kawan-kawan, Front Mahasiswa Nasional (FMN) Kupang, Pembebasan Kol-Kot Kupang, Komunitas Kampung Bandit serta secara individual dari mahasiswa se- Kota Kupang yang memiliki keresahan yang sama yang turut menyukseskan kegiatan ini,” tutupnya.***