MEREBEJA.COM – Pemerintah Kota Tasikmalaya menggelar rapat koordinasi bersama para pengurus Kawasan Wisata Tematik (Katasik) di Kampung Leuwihieum, Sukarindik, Indihiang, Kota Tasikmalaya, Kamis (1/2/2024).
Dalam kesempatan tersebut, hadir perwakilan pengurus Katasik dari sepuluh kecamatan di Kota Tasikmalaya. Masing-masing dari mereka membeberkan capaian dan permasalahan yang ada.
Sampai saat ini, pembangunan Katasik di tiap-tiap kecamatan tersebut masih belum rampung, ada yang sudah mencapai 80 persen bahkan ada yang baru 10 persen, yakni Katasik di Kecamatan Cihideung.
Banyak dari mereka yang mengeluhkan nasib Katasik ini, mulai dari banyaknya swadaya yang harus dikeluarkan oleh masyarakat, hingga kekhawatiran keberlanjutan program Katasik ketika pergantian kepemimpinan.
Penjabat Wali Kota Tasikmalaya Cheka Virgowansyah mengatakan, terkait progres Katasik Kecamatan Cihideung yang pembangunannya hanya baru 10 persen, pihaknya akan melakukan pengecekan.
“Ya nanti kita akan cek kembali, untuk yang Cihideung memang ada beberapa kendala, karena di wilayah kota agak sedikit susah untuk guyub, tapi bukan berarti tidak bisa,” ujar Cheka.
Dirinya tetap optimis, program ini akan bisa menjadi titik pertumbuhan ekonomi baru di Kota Tasikmalaya dengan berharap Katasik bisa mendatangkan banyak orang.
Walaupun di masing-masing Katasik tersebut belum jelas apa yang menjadi unggulan dan daya tarik wisata yang ditawarkan.
Salah satu aduan permasalahan kepada pihak Pemkot Tasikmalaya datang dari pengurus Katasik Kecamatan Mangkubumi, Taufik Akbar Nugraha, dirinya mengatakan mendapat banyak keluh kesah terkait banyaknya swadaya yang harus dikeluarkan oleh masyarakat, termasuk keraguan akan nasib Katasik ini ke depan sebab banyak masyarakat yang merasa kurangnya perhatian Pemkot terhadap progres program wisata tersebut.
“Salah satu di antaranya masyarakat banyak mengeluhkan kok banyak sih swadaya yang harus dikeluarkan masyarakat,” kata Taufik.
“Kalo swadaya masyarakat dari segi tenaga oke lah, masyarakat masih mampu meskipun masyarakat itu menyempatkan di waktu luang mereka,” lanjutnya.
Dalam upaya memonitor proses pembangunan Katasik, Cheka pun akan melakukan pertemuan per tiga bulan sekali dengan para pengurus.
“Gini saja, nanti kita adakan pertemuan seperti ini untuk membahas bagaimana di masing-masing kecamatan. Tempatnya nanti bisa kita tentukan di Katasik yang mana,” kata Cheka.
Program Katasik ini juga sempat mendapat kritik dari seniman dan budayawan. Salah satunya datang dari budayawan Tatang Pahat, dia berpandangan bahwa Katasik merupakan konsep yang diadopsi dari daerah lain tanpa adanya kajian yang komprehensif.
“Program A konsep, artinya A konsep maksudnya tidak punya konsep yang jelas, konsep prematur lebih ke emosional, yang pada akhirnya lorong Katasik seperti ini, sepi,” kata Tatang beberapa lalu, dikutip dari iNews Tasikmalaya.
Bahkan Tatang menegaskan bahwa Katasik adalah program gagal, dia menilai, seharusnya jika hendak membuat lorong wisata semacam itu maka Pemkot perlu melihat karakter masyarakatnya, termasuk melihat tempat serta akses jalan juga hal lainnya.
“Kalau menurut saya program gagal. Jadi lorong Katasik sepi, itu bukan lorong wisata malah jadi lorong hantu, lebih ini instalasi sampah yang dibegitukan,” ujar Tatang.