Ancaman kepunahan masih mengepung ribuan spesies, baik flora maupun fauna. Ancaman kepunahan itu disebabkan oleh perubahan iklim. Jika ditarik benang merahnya, maka penyebabnya adalah manusia. Sebab perubahan iklim dominan disebabkan oleh manusia.
Laporan terbaru dari International Union for Conservation of Nature (IUCN), ada sekitar 44.016 spesies yang terancam punah.
Jumlah tersebut mencakup sekitar 28% dari 157.190 spesies yang tercantum dalam Daftar Merah IUCN. Laporan Yale Environment 260 ada sekitar 7.000 dari lebih dari 44.000 spesies terancam berada dalam risiko akibat perubahan iklim.
Direktur jenderal IUCN, Grethel Aguilar menyebut perubahan iklim ini mengancam keanekaragaman kehidupan yang ada di bumi dan dapat melemahkan kapasitas alam untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia.
“Pembaruan Daftar Merah IUCN ini menyoroti hubungan kuat antara krisis iklim dan keanekaragaman hayati, yang harus ditangani bersama. Penurunan spesies adalah contoh kerusakan yang disebabkan oleh perubahan iklim, yang dapat kita hentikan melalui tindakan mendesak dan ambisius untuk menjaga pemanasan di bawah 1,5 derajat Celsius.” kata Grethel.
Pemutakhiran terbaru pada Daftar Merah menunjukkan bahwa 25% ikan air tawar, atau sekitar 3.086 dari 14.898 spesies yang telah dinilai oleh IUCN sejauh ini tengah menghadapi kepunahan, dan 17% dari ikan air tawar tersebut terkena dampak perubahan iklim.
Faktor yang menyebabkan air tawar ini berisiko punah yakni permukaan air laut, masuknya air laut lebih jauh ke sumber air tawar, dan pemanasan suhu. Selain itu, polusi, pembangunan, penangkapan ikan berlebihan, spesies invasif, dan penyakit juga merupakan risiko bagi spesies ikan air tawar.
Mirisnya lagi, tidak hanya spesies ikan air tawar yang terkena dampak perubahan iklim. IUCN juga mencatat adanya pergeseran mahoni berdaun besar ( Swietenia macrophylla ) dari Rentan menjadi Terancam Punah.
Salah satu penyebab mahoni terancam punah karena permintaan spesies pohon ini tinggi untuk digunakan dalam furnitur, dekorasi, dan produk lainnya. Sementara di satu sisi, tanaman ini telah lama dipanen secara tidak lestari, dan pertanian serta pembangunan perkotaan juga telah mengancam habitat aslinya.